Jumat, 01 Maret 2013

Pentium E5700 (LGA775) vs Celeron G550 (LGA1155): Pertarungan Prosesor Antar Generasi

Pada jamannya Pentium Dual Core berbasis Wolfdale (teknologi yang sama dengan Core2 Duo) dengan soket LGA775 mampu merajai pasaran prosesor di Indonesia. Sampai kini pun masih banyak pengguna yang setia menggunakan produk Intel ini. Apakah ini karena kesetiaan pada tipe prosesor tertentu ataukah karena keterbatasan dana? Kenyataannya banyak pengguna sistem berbasis soket LGA775 masih setia dengan sistem dikarenakan mereka merasa tidak mumpunyai pilihan (baca: dana) untuk berpindah ke sistem lainnya.

Ketika salah satu komponen dari sistem mereka harus dengan terpaksa mengakhiri umurnya, solusi yang terpikirkan hanyalah mengganti komponen tersebut dengan komponen yang sama. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sebuah sistem yang sudah dinyatakan EOL (End Of Life) masih mendapatkan support komponen? Jawabannya adalah permintaan pasar, selama permintaan barang-barang tersebut masih ada maka pasar akan senang hati menyediakannya. The great law of economy at work: Supply and Demand.
Efek dari fenomena ini adalah produk baru yang hadir di pasaran seakan tidak dilirik. Prosesor baru yang memiliki arsitektur lebih efisien dan optimal dari pendahulunya dikesampingkan karena keenggan beralih dari produk lama karena faktor ketersediaan barang dan dana. Sebuah pendapat yang sedikit tidak masuk akal bukan? Pada artikel ini kami ingin sedikit menyajikan sebuah eksperimen dimana sebuah sistem berbasis arsitektur Wolfdale disandingkan dengan sebuah sistem berbasiskan prosesor Intel generasi ke-2 yaitu Sandy Bridge. Bagaimana hasil dari pengujian kecil kami ini? Simak artikel berikut ini!

Prosesor “Juara Bertahan”: Pentium Dual Core E5700

Pada saat prosesor LGA 775 merajai pasaran Indonesia, prosesor ini merupakan salah satu favorit para pedagang di pusat-pusat perakitan komputer di Jakarta. Sampai saat ini E5700 masih menjadi favorit diantara pengguna sistem yang berbasis Core 2 Duo atau pengguna yang masih mempunyai motherboard socket LGA 775 yang masih bekerja dengan baik.

Prosesor Penantang: Celeron G 550


Kata Celeron memiliki stigma yang cukup negatif dimata pengguna. Jika kata ini tercantum didalam sebuah prosesor maka pengguna akan berasumsi bahwa produk yang didapatkan adalah sebuah produk yang lambat. Jika ditelusuri stigma ini dimulai dari “akal-akalan” penjual komputer di era Pentium 4. Kala itu mereka menjual produk yang dilabeli Pentium 4-Celeron walaupun sebetulnya prosesor tersebut merupakan Celeron yang memiliki arsitektur Pentium 4 tetapi dengan spesifikasi yang sangat-sangat dikebiri. Para pembeli mengharapkan performa dari Pentium 4 tetapi yang didapatkan tidak seperti yang diharapkan. Sejak itulah Celeron dicap sebagai prosesor yang lambat dan apapun yang menggunakan label Celeron akan dicap sebagai produk gagal.
Kini Celeron kembali hadir, tentunya dengan arsitektur baru dan kemampuan yang berbeda dengan pendahulunya. Kali ini Celeron yang kami hadirkan mengusung teknologi prosesor generasi kedua dari Intel.Walau mengusung clock speed yang sedikit lebih rendah, tetapi arsitektur yang digunakan tetaplah Sandy Bridge. Telah terbukti dalam beberapa kali pengujian arsitektur ini tidak dapat dipandang sebelah mata.
Mengapa kami memilih prosesor ini untuk ditandingkan dengan E5700? Alasannya adalah harga. Berdasarkan price list yang dicantumkan toko online di Indonesia prosesor ini dihargai sebesar 500 ribu rupiah dalam keadaan box, jika dalam bentuk tray prosesor ini diharga sebesar 350-450 ribu. Jika dibandingkan dengan sebuah E5700 dalam keadaan baru dihargai sebesar 600-700 ribu dalam keadaan atau pun box, maka terlihat perbedaan harga yang lumayan besar. Selisih harga tersebut bisa dianggap sebagai tambahan dana bagi mereka yang mempertimbangkan untuk beralih dari sistem LGA 775 ke LGA 1155.

Komparasi Spesifikasi


Jika kita spesifikasi kedua prosesor dapat kita temukan beberapa persamaan dan perbedaan. Clock speed yang diusung oleh E5700 lebih tinggi sebesar 400 MHz, ini mungkin dianggap sebagai kelemahan dari Celeron G550, tetapi perlu diingat bahwa arsitektur yang digunakan adalah Sandy Bridge. Diantara persamaan yang dimiliki diantara kedua adalah TDP dan jumlah core yang dimiliki. Keduanya adalah prosesor dual core yang memiliki TDP 65 Watt.

Perbedaan yang cukup berarti terletak pada GPU terintegrasi yang dimiliki kedua sistem. Jika Celeron G550 memiliki graphic terintergrasi yang diwarisinya dari arsitektur Sandy Bridge, walau tentunya dengan kemampuan yang jauh dibawah GPU terintegrasi yang dimiliki pada prosesor Sandy Bridge lainnya, maka E5700 tidak memiliki GPU integrasi didalam prosesornya. Kemampuan GPU terintegrasi pada prosesor ini bergantung pada GPU yang tertanam didalam chipset motherboardnya.

Chipset: H61 vs G41


Salah satu komponen dari sebuah sistem adalah motherboard. Untuk pengujian kali ini kami memilihkan motherboard dengan chipset yang tepat dengan sistem yang akan diuji. Untuk  Celeron G550 dipasangkan dengan chipset H61. Chipset ini kami pilih karena harganya cukup bersahabat dengan kantong. Untuk sistem berbasis LGA 775 kami pilihkan sebuah chipset yang cukup populer dieranya yaitu Intel Chipset G41. Chipset ini memiliki graphic terintegrasi sehingga menjadi padanan yang pas untuk pengujian ini.

0 komentar:

Posting Komentar

[#] Berikan Komentar Dengan Sopan dan Santun.
[#] Komentar Dilarang Mengandung Unsur Kata-kata Kotor Atau Semacamnya.
[#] Sekian.

Popular Posts

Fathurrohman. Diberdayakan oleh Blogger.
Ninja Shuriken and Kunai

Cari Blog Ini

Total Tayangan Halaman